Penulis : Suradi-Baitul Hikmah BSD
Pengantar. Kesadaran kolektif atau berjamaah tentang penting dan perlunya masjid ramah K3L menjadi komitmen yang berharga untuk menapak lebih lanjut menuju masjid ramah K3L. Ibarat perjalanan melalui jalan berliku yang tidak selamanya lurus-lurus saja dan ibarat menyeberangi laut menghadapi ombak yang tidak selamanya datar-datar saja namun tetap dan terus bergerak dengan langkah optimis.
Allah berfirman dalam surat Ali Imran ayat 104. Waltakum minkum ummatuy yad‘ūna ilal-khairi wa ya'murūna bil-ma‘rūfi wa yanhauna ‘anil-munkar(i), wa ulā'ika humul-mufliḥūn(a).
“Hendaklah ada di antara kamu segolongan orang yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar. Mereka itulah orang-orang yang beruntung.”
Sebagai aktualisasi segolongan orang yang menyeru kebaikan, menyuruh yang makruf dan mencegah dari yang mungkar melalui pendekatan awareness dengan mengintroduksi apa dan mengapa masjid ramah K3L maka penulis kali ini mengajak diri dan para pemakmur masjid untuk melakukan ANAKONDA alias ANAlisa KONdisi yang aDA minimal menggunakan analisis SWOT untuk menerapkan masjid ramah K3L (Kesehatan, Keselamatan Kerja dan Lingkungan).
Dimulai dengan evaluasi terhadap Kekuatan (Strengths), Kelemahan (Weaknesses), Peluang (Opportunities) dan Ancaman (Threats) yang berpotensi dan riil dihadapi dalam implementasinya. Secara sederhana, analisis SWOT adalah metode strategi perencanaan dengan mengukur 4 komponen penting, berupa Strength, Weakness, Opportunity dan Threat, yang kemudian disingkat SWOT. Keempat elemen inilah yang diurai untuk mendapatkan hasil yang lengkap guna mencapai penyelesaian masalah dan pengambilan keputusan secara lebih efektif.
Analisa SWOT.
1. Kekuatan (Strengths)
a. Kesadaran Keselamatan Kesehatan Kerja dan Lingkungan
Penerapan prinsip K3L akan meningkatkan kesadaran jamaah dan pengelola masjid terhadap pentingnya kesehatan keselamatan kerja dan lingkungan.
b. Lingkungan Ibadah yang Aman dan Nyaman
Masjid yang menerapkan K3L menyediakan tempat yang aman dan nyaman bagi semua kalangan, termasuk lansia, anak-anak, dan penyandang disabilitas.
c. Dukungan Sosial dan Komunitas
Banyak komunitas masjid akan mendukung inisiatif ini karena bermanfaat dalam menciptakan tempat ibadah yang lebih aman, nyaman dan minimize risiko.
d. Kepatuhan terhadap Regulasi
Mematuhi regulasi dan standar keselamatan kesehatan kerja dan lingkungan masjid dan masyarakat yang diterapkan oleh pemerintah atau otoritas terkait.
2. Kelemahan (Weaknesses)
a. Biaya Implementasi
Penerapan standar K3L mungkin memerlukan investasi besar dalam hal infrastruktur, fasilitas keselamatan Kesehatan kerja serta pelatihan pengelola masjid.
b. Keterbatasan Sumber Daya
Tidak semua masjid memiliki sumber daya yang cukup untuk memenuhi standar K3L baik dari segi finansial maupun tenaga ahli.
c. Kesadaran dan Pemahaman K3L yang masih rendah
Beberapa pengelola dan jamaah mungkin belum memahami pentingnya penerapan K3L di masjid, sehingga kesadaran dan partisipasi dalam pelaksanaannya bisa rendah.
3. Peluang (Opportunities)
a. Peningkatan Citra Masjid
Masjid yang menerapkan K3L akan dianggap lebih modern dan peduli terhadap keselamatan dan kesehatan jamaah, sehingga meningkatkan citra positif di masyarakat.
b. Dukungan dari Pemerintah atau Lembaga Sosial
Adanya potensi bantuan atau dukungan dari pemerintah, LSM, atau komunitas dalam hal pendanaan, penyediaan fasilitas, dan pelatihan terkait K3L.
c. Penurunan Risiko Kecelakaan dan Penyakit
Penerapan K3L yang baik dapat mengurangi risiko kecelakaan dan penyebaran penyakit di lingkungan masjid, terutama di masa pasca-pandemi.
d. Peningkatan Kesadaran Kesehatan
Kesadaran masyarakat terhadap pentingnya kebersihan dan kesehatan semakin meningkat, terutama setelah pandemi Covid 19, sehingga mendukung penerapan K3L di tempat umum seperti masjid.
4. Ancaman (Threats)
a. Kurangnya Dukungan dari Jamaah atau Komunitas
Beberapa jamaah mungkin tidak mendukung atau menolak perubahan terkait penerapan K3L karena dianggap terlalu ketat atau tidak perlu, terutama di masjid yang sudah lama berdiri dengan tradisi tertentu.
b. Biaya Pemeliharaan
Selain biaya implementasi, pemeliharaan fasilitas K3L yang memadai (seperti alat pemadam kebakaran, kotak P3K, atau sanitasi yang baik) bisa menjadi beban finansial jangka panjang bagi pengelola masjid.
c. Resistensi terhadap Perubahan
Budaya yang sudah tertanam lama di beberapa masjid mungkin menghadapi tantangan dalam menerima inovasi seperti K3L, terutama jika dianggap mengubah kebiasaan yang ada.
d. Perubahan Peraturan atau Kebijakan
Kebijakan baru dari pemerintah terkait standar keselamatan dan kesehatan dapat menuntut masjid untuk terus melakukan penyesuaian yang memerlukan biaya tambahan atau revisi besar pada infrastruktur.
Penerapan masjid ramah K3L memiliki potensi besar untuk menciptakan lingkungan masjid yang lebih aman dan nyaman serta meningkatkan kualitas layanan kepada para jamaah dan stakeholders (Penta helix : Ulama, Umara, Pengurus, Jamaah, Yayasan Keluarga Muslim Nusaloka). Namun, tantangan terbesar adalah pada masalah biaya, pemahaman, dan dukungan komunitas. Jika dikelola dengan baik dan didukung oleh berbagai pihak, in syaa Allah penerapan masjid ramah K3L dapat membawa banyak manfaat dan keberkahan untuk jangka panjang dan meminimize terjadinya risiko serta mitigasi risiko. (SAS MBH)