Lampu Merah dan Nasi Uduk : Berlomba kebaikan mudah meski sibuk

Catatan kecil : Suradi-MT Al Hikmah BSD Nusaloka

Pengantar. Takdir Allah adalah yang terbaik meski terkadang kita merasa tidak nyaman menghadapinya. Sudah selayaknyalah kita senantiasa berdoa semoga Allah melindungi hamba ini dengan ilmu yang bermanfaat dan jauhkan dari ilmu yang tidak bermanfaat.

Ketika mendengar kata lampu merah di benak kita langsung terbayang dengan lampu stopan. Ketika kita berada pada antrian di depan lampu stopan maka tatkala lampu kuning menyala segera tancap gas untuk melewati jalan yang hendak dituju karena segera lampu hijau menyala. Ketika mendengar kata nasi uduk maka kitapun membayangkan rasanya ingin mendapatkan dan menikmatinya apalagi perut lapar di kala pagi hari. Hal ini lebih terasa ketika kita dalam antrian membeli nasi uduk ada orang lain yang tidak ikut antrian langsung beli nasi uduk. Pembelajaran yang kita peroleh adalah begitu semangatnya kita berlomba untuk segera mendapatkan lampu hijau atau nasi uduk meski kita terkadang merasa kesal bila ada yang mendahuluinya tanpa melalui prosedur yang diberlakukan.

Dalam kitab Riyadusholihin Bab 10 yang dikarang oleh guru kita Imam Nawawi membahas tentang Fastabiqul khairat yang artinya berlomba dalam kebaikan ternyata sangat relevan dengan judul catatan kecil ini yaitu Lampu Merah dan Nasi Uduk.

Approach.
Sebagai pendekatan atau sumber acuan tentang fastabiqul khairat ini adalah Al Quran, Hadits dan literasi lainnya yang relevan antara lain :

Surat Al Baqarah ayat 148 (QS 2:148)
“Bagi setiap umat ada kiblat yang dia menghadap ke arahnya. Maka, berlomba-lombalah kamu dalam berbagai kebajikan. Di mana saja kamu berada, pasti Allah akan mengumpulkan kamu semuanya. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.”

Surat Ali Imran ayat 133-134 (QS 3:133-134)
“Bersegeralah menuju ampunan dari Tuhanmu dan surga (yang) luasnya (seperti) langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang bertakwa.” (QS 3:133)
“(yaitu) orang-orang yang selalu berinfak, baik di waktu lapang maupun sempit, orang-orang yang mengendalikan kemurkaannya, dan orang-orang yang memaafkan (kesalahan) orang lain. Allah mencintai orang-orang yang berbuat kebaikan.” (QS 3:134)

Surat At Thalaq ayat 2 (QS 65:2)
“Bacalah (Nabi Muhammad) Kitab (Al-Qur’an) yang telah diwahyukan kepadamu dan tegakkanlah salat. Sesungguhnya salat itu mencegah dari (perbuatan) keji dan mungkar. Sungguh, mengingat Allah (salat) itu lebih besar (keutamaannya daripada ibadah yang lain). Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.”

Surat Asy Syura ayat 30 dan 40 (QS 42:30 dan 40)
“Musibah apa pun yang menimpa kamu adalah karena perbuatan tanganmu sendiri dan (Allah) memaafkan banyak (kesalahanmu).” (QS 42:30)

“Balasan suatu keburukan adalah keburukan yang setimpal. Akan tetapi, siapa yang memaafkan dan berbuat baik (kepada orang yang berbuat jahat), maka pahalanya dari Allah. Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang-orang zalim.” (QS 42:40)

Surat Az Zumar ayat 10 (QS 39:10)
“Katakanlah (Nabi Muhammad), “Wahai hamba-hamba-Ku yang beriman, bertakwalah kepada Tuhanmu.” Orang-orang yang berbuat baik di dunia ini akan memperoleh kebaikan. Bumi Allah itu luas. Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang disempurnakan pahalanya tanpa perhitungan.”

Hadits Rasulullah
Beberapa highlight hadits Rasulullah yang menjadi petunjuk untuk berlomba dalam kebaikan antara lain tentang Rasulullah yang tergesa-gesa mengambil emas batangan untuk berzakat (antara waktu Ashar hingga Isya). Selain itu juga Rasulullah menegaskan bahwa dalam harta ada hak bagi orang lain maka bersegeralah tunaikan hak orang lain tersebut.

Ada juga hadits Rasulullah yang terkait dengan “Jangan Marah” dan mengajak untuk berubah kuadran dari kuadran ghadab (marah yang terlihat atau ketahuan) ke kuadran ghaiz (marah di hati atau bukan di fisik).

Deployment.
Ada 3 amalan untuk mengaktualisasikan ciri-ciri orang bertaqwa. Pertama, menafkahkan sebagian harta kita baik di waktu lapang maupun sempit antara lain turut berinfaq untuk kegiatan operasional masjid, Baitul Yatim, Berbagi Nasi (BANAS), Aksi Tanggap Musibah (ATM), Orang Tua Asuh (OTA) dan kegiatan yang berdimensi sosial lainnya. Kedua, menahan amarah dan berubah kuadran dari ghadab ke ghaiz (menahan amarah dalam hati) dimulai dengan berlatih dan terus berlatih ketika menghadapi sesuai yang berpotensi menimbulkan amarah. Ketiga, memaafkan kesalahan orang lain dengan 3 level (level 1 ada kesalahan orang lain membalasnya dengan sama dengan kesalahannya orang lain tersebut, level 2 memaafkan atas kesalahan orang lain dan level 3 berbuat baik kepada orang yang melakukan kesalahan).

Kisah Inspiratif
Diantara sekian banyak kisah ispiratif yang lebih menarik ketika bicara kisah kehidupan kita dalam keseharian. Di setiap HUT RI di sekitar bulan Agustus sering kita disibukkan dengan kegiatan lomba antar warga, antar RT dan atau antar komunitas yang lebih luas lagi. Umumnya kita menginginkan menjadi pemenangnya atau berlomba untuk mendapatkan prestasi yang terbaik sehingga datang di tempat lomba di awal waktu dan menghadirkan banyak orang untuk menyaksikannya sebagai supporter.

Namun sering tidak kita sadari bahwa lomba tersebut baru sebatas lomba urusan dunia saja. Apakah ada pemandangan yang banyak orang antri mendapatkan tempat untuk menunaikan ibadah sholat subuh secara berjamaah di suatu masjid? Apakah ada pemandangan banyak orang antri mendatangi majlis ilmu dan berusaha hadir di awal waktu? Inilah yang menjadi tantangan kita untuk menjadi peluang bermuhasabah secara individual dan komunal.

Akronim dan Pantun Inspiratif
Punya daya tarik tersendiri ketika cara berdakwah juga disampaikan dengan menggunakan akronim yang relevan. Kali ini minimal ada 2 akronim yang mudah diingat dan mengena. Akronim pertama adalah PT alias Personal Trainee yang menginspirasi kita ketika ada ujian dari Allah agar lulus ujian tersebut tidak perlu menghadirkan Personal Trainee (PT) karena Allah memberikan solusi secara free charge melalui suami atau istri sebagai orang terdekat yang selama telah lama dan saling mengetahui satu sama lainnya. Ada yang sudah berpasangan suami istri selama 25 tahun atau 30 tahun dan seterusnya sehingga sudah sama-sama terlatih. Akronim kedua adalah GPL alias Gak Pake Lama terutama dalam urusan berlomba dalam kebaikan (berbagi melalui infaq dan atau sedekah, menahan amarah dan memaafkan orang lain).

Ada juga pantun inspiratif yang atraktif dan kreatif secara kontekstual berikut ini.
Indah nian baju kebaya, dipake orang pergi ke pesta.
Semoga kita tergolong orang yang bertaqwa, berlomba dalam kebaikan dengan bersegera.

Anak ayam turut sepuluh, mati satu tinggal sembilan.
Menjadi orang bertakwa secara utuh, saling membantu berlomba dalam kebaikan.

Learning.
Untuk menambah ilmu yang terkait dengan penguatan indikasi taqwa dan berlomba dalam kebaikan maka datanglah ke majlis ilmu seperti pengajian bulanan dari rumah ke rumah yang diselenggarakan MT Al Hikmah Nusaloka BSD dan atau di masjid terdekat dengan berbagai kajian ilmu yang diselenggarakan baik secara offline maupun online.

Sebagai proses pembelajaran dan insight kita bisa refresh kembali tentang Cashflow Quadrant yang mengkategorikan individu berdasarkan sumber pendapatan dengan mengidentifikasi 4 kelompok, yaitu E (Employee/Karyawan), S (Self-Employed/Profesional Mandiri), B (Business Owner/Pemilik Usaha), dan I (Investor/Investor). Melalui pemahaman mendasar ini, seseorang dapat menilai peran dan posisinya serta menyusun strategi untuk memanfaatkan peluang dan mengelola risiko dalam upaya mencapai kebebasan finansial. Pemetaan ini memberikan landasan yang kuat untuk mengenali pola pikir dan tindakan yang diperlukan guna bergerak dari kategori satu ke kategori lainnya.

Relevan dengan upaya kita pindah kuadran tersebut maka dalam menahan amarah yang semula dalam kuadran ghadab mari kita berhijrah ke kuadran ghaiz.

Integration.
Secara substansi dan esensi adanya spirit untuk berbagi dengan bersedekah, menahan amarah dan memaafkan orang lain menjadi satu kesatuan yang utuh sebagai ciri-ciri orang yang bertaqwa dalam membangun sebuah keseimbangan hidup yang berkelanjutan. Secara proses dimulai dari diri sendiri kemudian keluarga dan orang-orang yang terdekat atau sekitarnya kemudian berlanjut semakin meluas ke komunitas, organisasi atau perusahaan bahkan alam semesta atau lingkungan sekitarnya.

Result.
Ketika kita telah berproses dengan baik dan benar maka akan membuahkan hasil suatu kebahagiaan baik di dunia maupun di akherat. Berlomba dalam kebaikan tidak hanya cukup mengejar dunia saja namun yang lebih bermakna lagi yaitu untuk bekal dan tabungan akherat yang abadi dan selamanya.

(Sumber : Tausiyah Ustadz Munindra di pengajian MT Al Hikmah pada Sabtu, 12 Oktober 2024 di rumah pak Dwi Roesdarmanto dan masjid Baitul Hikmah BSD pada Ahad Subuh, 22 September 2024 serta pengalaman penulis)