GKM Subuhan Spirit terbarukan “Dimana bumi dipijak disitu masjid dimakmurkan”

Penulis : Suradi-Baitul Hikmah BSD Nusaloka

Apa dan siapa GKM Subuhan. Ada 2 kata kunci dalam GKM Subuhan yaitu GKM dan Subuhan. Kata kunci pertama adalah GKM, dalam dunia manajemen mutu istilah GKM sudah dikenal sejak lama. Gugus Kendali Mutu adalah sekelompok pekerja yang melakukan pekerjaan yang sama atau serupa, yang bertemu secara rutin guna mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah yang terkait dengan pekerjaan mereka (Wikipedia).

Kata kunci kedua adalah Subuhan yang mengandung makna aktivitas mengerjakan ibadah sholat subuh secara berjamaah dari masjid ke masjid. Ketika dirangkai dalam satu kesatuan GKM Subuhan bermakna aktivitas para anggota GKM Subuhan menunaikan ibadah sholat subuh secara berjamaah dari masjid ke masjid yang para anggota GKM Subuhan ada kesempatan untuk saling berkumpul.

Untuk mengenal lebih dekat siapa itu GKM Subuhan bahwa GKM Subuhan sesuai dengan niat awal yang diinisiasi oleh jamaah untuk menunaikan sholat subuh berjamaah dari masjid ke masjid. Caranya adalah membuat kesepakatan waktu dan tempat masjid tujuan, berkumpul bersama kemudian menuju ke masjid tujuan untuk menunaikan sholat subuh secara berjamaah di masjid dengan penuh kesadaran diri.

Awal perjalanan panjang GKM Subuhan. Dari inisiasi menjadi aksi ini bermula pada saat mulai dikenal banyak orang tentang aktivitas dan kemakmuran masjid Jogokariyan Yogyakarta yang jumlah jamaah sholat subuhnya banyak hingga memenuhi ruangan masjid.

Dengan menyusuri rute perjalanan melalui kota Yogyakarta di pagi hari yang masih relatif sepi menembus kegelapan pagi dan melawan rasa kantuk serta lelah setelah beraktivas yang padat dan ketat. Justru disinilah yang menjadi spirit atau ghirah untuk mentrasnformasikan diri dari tantangan menjadi peluang dengan menunaikan ibadah sholat subuh berjamaah di masjid Jogokariyan.

Alhamdulillah GKM Subuhan perdana ke masjid Jogokariyan pada tahun 2015 memberikan kesan spiritual yang mendalam dan tidak terlupakan. Kala itu ada 3 mobil yang membawa GKM Subuhan yang tiap mobilnya berisi sekitar 7 orang meluncur ke masjid Jogokariyan dan tiba di lokasi 5 menit menjelang adzan sholat subuh sehingga cukup waktu untuk mengambil air wudhu kemudian memasuki ruangan masjid dan mendapatkan kesempatan di shof pertama. Ketika adzan subuh berkumandang masih belum banyak jamaah yang datang di masjid Jogokariyan ini sehingga ada sebuah pertanyaan dan atau hipotesa apakah benar jumlah jamaah subuh di masjid Jogokariyan ini penuh.

Dengan selesainya iqomah sholat subuh maka berdirilah para jamaah untuk merapatkan shof menunaikan sholat subuh secara berjamaah. Dengan penuh kekhusyukan jamaah tunaikan sholat subuh secara berjamaah dan akhirnya tiba saatnya membaca salam tanda berakhirnya sholat dengan menoleh ke kanan dan ke kiri. Subhanallah setelah mengucapkan salam yang terakhir terlihatlah sebuah pemandangan yang membuktikan bahwa jamaah sholat subuh di masjid Jogokariyan benar-benar penuh.

Istiqomah dan tumbuh berkelanjutan. Layaknya memutar siklus Plan Do Check Action (PDCA) maka tergagas GKM Subuhan di masjid Jogokariyan merupakan siklus PDCA yang perdana yang menjadi embrio untuk memutar siklus PDCA berikutnya. Memutar siklus PDCA berikutnya menjadi aktualisasi keistiqomahan dan pertumbuhan yang berkelanjutan GKM Subuhan baik dari aspek kuantitas maupun kualitasnya. Menjaga keistiqomahan dan berusaha tumbuh berkelanjutan merupakan tantangan tersendiri dan menjadi peluang untuk beramar ma’ruf nahi munkar, berlomba dalam kebaikan dan saling nasehat menasehati dalam kebenaran dan nasehat menasehati dalam kesabaran.

Kesadaran ber GKM Subuhan bermula dari, oleh dan untuk kita sehingga komitmen dan konsistensi untuk menjalankannya dalam memutar siklus PDCA diwarnai dengan semangat dan spirit kemandirian dan kebersamaan mulai dari kesepakatan masjid yang menjadi tujuan ber GKM Subuhan, berkumpul bersama, menyediakan sarana transportasinya bahkan seusai olah ruh dilanjutkan dengan olah rasa dengan menikmati menu khas di kota masjid yang menjadi tempat ber GKM Subuhan. Begitu banyak kesan dan pesan yang dirasa mengikuti GKM Subuhan maka sebagai langkah awal mendokumentasikannya dalam catatan kecil ini. In syaa Allah kali ini penulis angkat GKM Subuhan memutar siklus PDCA di masjid-masjid di kota Yogyakarta pada 27 s.d. 30 November 2023.

Yogya istimewa dan GKM Subuhan putar PDCA. Yogyakarta menjadi tempat event nasional tertentu mempunyai alasan dan pertimbangan tersendiri diantaranya Yogyakarta sebagai kota wisata sehingga banyak destinasi wisata yang mempesona dan diminati para peserta. Selain itu tempatnya yang strategis dan mudah dijangkau dari berbagai kota baik melalui jalur darat maupun udara.

Inilah kesempatan berharga bagi GKM Subuhan untuk memutar PDCA. Dimana bumi dipijak disitu masjid dimakmurkan menjadi spirit GKM Subuhan. Berikut ini 5 masjid di Yogyakarta yang menjadi tempat GKM Subuhan memutar PDCA.

1. Masjid Suciati Saliman.

Berlokasi di Jalan Gito Gati, Pandowoharjo, Sleman, DIY, masjid yang dibangun Suciati tampak megah nan mewah. Dibangun di atas lahan seluas 1.600 meter persegi dengan tinggi bangunan 3 lantai dan satu basement, masjid yang dinamai Masjid Suciati Saliman bernuansa Timur Tengah berbalut arsitektur Jawa. Butuh waktu sekitar 3 tahun untuk membangun masjid ini. Penegakan batu pertama dilaksanakan pada 2 Agustus 2015 hingga akhirnya bisa diresmikan 13 Mei 2018, meskipun masih terus dilakukan penambahan dan pembenahan. Suciati yang lahir di Yogyakarta 20 Mei 1952 ini mampu mewujudkan mimpinya untuk membangun masjid dengan model Masjid Nabawi di Madinah.

Bermula Senin, 27 November 2023 GKM Subuhan memutar PDCA pertama dengan tujuan masjid Suciati Saliman. Terinspirasi tayangan TV MOJI ketika adzan waktu sholat Magrib tiba ada penayangan beberapa masjid yang salah satu diantaranya adalah masjid Suciati Saliman. Desain masjidnya mirip masjid Nabawi di Madinah. Kumandang suara adzan dan imamnya yang merdu. Hal yang menarik dari masjid ini adalah arsitektur yang indah dan moedern, manajemen masjid yang baik, dengan proses pendiriannya yang menggambarkan perjuangan dan keikhlasan luar biasa hamba Allah, semoga menjadi amal jariyah bagi pendirinya.

Sarana transportasi yang digunakan 2 mobil dengan menempuh perjalanan sekitar 15 menit dengan peserta 17 orang. Papan nama masjid yang terhalang oleh tiang listrik dan jamaah setempat yang masih perlu dikembangkan. Hal yang menarik ba’da subuhan berjamaah adalah aktivitas olah rasa dengan menikmati makan nasi gudeg basah di dekat lampu stopan perempatan jalan Kaliurang secara bersama-sama dengan duduk lesehan semakin memperkuat silaturahim.

2. Masjid Syuhada Kotabaru

Masjid Syuhada beralamat di Jl. I Dewa Nyoman Oka No.13, Kotabaru, Kec. Gondokusuman, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta 55224. Nama Masjid Syuhada atau yang dulunya bernama Masjid Sjuhada ini memiliki arti syahid yang harapannya dengan nama yang diberikan sebagai tanda bahwa masjid dibangun atas dasar menghormati para pahlawan yang gugur yang kematiannya dianggap syahid dalam memperjuangkan rakyat pada Peristiwa Pertempuran Kotabaru.

GKM Subuhan memutar PDCA kedua pada Selasa, 28 November 2023 ke masjid Syuhada yang terletak di wilayah Kotabaru Yogyakarta. Mengendarai 2 mobil dengan peserta 12 orang jarak tempuh sekitar 20 menit. Meski di keheningan pagi hujan gerimis namun tetap optimis. Papan nama masjid yang pinggir jalan raya. Masjid yang berada di tengah kota Yogyakarta dengan arsitektur masjid yang khas. Keberadaan di pusat kota dan jauh dari pemukiman, mungkin menjadi sebab jamaah shubuhnya belum maksimal, semoga jamaah sholat shubuhnya ke depan semakin makmur. Suasana kebersamaan semakin berasa ketika dilanjutkan dengan olah rasa makan soto ayam di dekat rumah sakit Panti Rapih Yogyakarta.

3. Masjid Gedhe Kauman Yogyakartabr>
Masjid Gedhe Kauman, dikenal sebagai Masjid Agung Daerah Istimewa Yogyakarta, adalah masjid utama Kesultanan Yogyakarta dan Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak di sebelah barat kompleks Alun-alun Utara. Berlokasi di Alun-Alun Keraton, Jl. Kauman, Ngupasan, Kec. Gondomanan, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta 55132.

Masjid Gedhe Kauman Yogyakarta, yang dibangun oleh Sri Sultan Hamengku Buwono I pada 29 Mei 1773, merupakan simbol harmonisasi sisi kebudayaan khas Kerajaan Yogyakarta yang sarat perjalanan sejarah dengan religiusitas masyarakatnya. Secara keseluruhan, penataan serta detail bangunan Masjid Gedhe Kauman ini sangat mencirikan budaya Jawa Islam. Ciri ini tampak dari atap masjid yang menggunakan pola susun tiga gaya tradisional Jawa bernama Tajug LambingTeplok. Pola ini bermakna tiga tahapan pencapaian kesempurnaan hidup manusia, yaitu hakikat, syariat, dan ma’rifat.

GKM Subuhan memutar PDCA ketiga pada Rabu, 29 November 2023 ke masjid Agung Kauman Yogyakarta. Suasana lebih hening di dalam masjid. Halaman depan masjid yang areanya luas dengan berlatar masjid Agung Kauman yang memiliki kekhasan tersendiri. Berhubung dekat dengan lokasi masjid Agung Kauman ini ada sentra kuliner khas Yogya dengan menu gudegnya maka usai sholat subuh berjamaah dilanjutkan dengan olah rasa menikmati gudeg di pusat gudeg Wijilan Yogyakarta.

4. Masjid Jogokariyan Yogyakarta

Masjid Jogokariyan adalah masjid di Jalan Jogokaryan, Mantrijeron, Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta. Lokasi masjid ini juga berdekatan dengan Pondok Pesantren Krapyak yang sama-sama memiliki nilai sejarah panjang, terutama jika dikaitkan dengan keberadaan Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat. Masjid Jogokariyan bukan hanya digunakan sebagai tempat ibadah, melainkan sebagai tempat kesenian, sosial, wisata religi hingga penggerak ekonomi yang buka selama 24 jam. Menariknya, masjid ini menyediakan tempat penginapan dan berbagai fasilitas lengkap yang bisa digunakan oleh umat muslim.

Meski masjid Jogokariyan merupakan masjid yang lokasinya paling jauh namun tidak mengurangi semangat untuk ber GKM Subuhan memutar PDCA keempat ke lokasi masjid yang fenomenal ini dengan segala kemakmuran dan keberhasilannya dalam menata kelola masjid, para jamaah dan permberdayaan ekonomi masyarakat di sekitarnya. Masjid yang menjadi role model dan benchmark saat ini, memiliki suasana yang khas, makmur jamaahnya, baik manajemennya dan maju ekonomi jamaahnya.

Dengan menggunakan sarana transportasi 3 mobil, para anggota GKM Subuhan tetap istiqomah. Alhamdulillah jumlah jamaah sholat subuhnya masih memegang rekor yang terbanyak. Disini anggota GKM Subuhan mendapat kesempatan berbelanja peci khas Jogokariyan. Masjid Jogokariyan tetap istiqomah dengan mengadakan kuliah subuh dari internal. Ada pesan moral dari penyaji kultum subuh yaitu pilihlah pemimpin muslim yang paling muslim. Pemberdayaan ekonomi umat sekitar masjid semakin berasa. Buktinya anggota GKM Subuhan menikmati olah rasa beberapa penjaja kulineran dengan menikmati beberapa menu angkringan area masjid antara susu jahe, nasi gudeg dan menu lainnya.

5. Masjid Kampus UGM Yogyakarta

Masjid Kampus Universitas Gadjah Mada, atau yang lebih dikenal dengan Masjid Kampus UGM atau Maskam UGM, adalah sebuah masjid kampus milik Universitas Gadjah Mada yang terletak di Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Masjid ini lokasinya di Jl. Prof. DR. Drs Notonagoro, Karang Malang, Caturtunggal, Kec. Depok, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta 55281.

Proses pemberian nama Masjid Kampus UGM memiiiki kisah tersendiri. Awalnya, pemberian nama Masjid Kampus UGM akan dilakukan dengan cara mengumpulkan referensi, menyaringnya, dan kemudian memilih mana yang paling baik dan mengandung makna yang baik pula. Pada prakteknya ada yang mengusulkan nama seringkali diiringi dengan kontroversi. Sempat pula terlintas akan dinamai sebagai Masjid Al-lkhlas. Akan tetapi ketika disampaikan pada Rektor UGM yang kala itu dijabat oleh Bapak Ichlasul Amal, beliau tidak menyetujui karena ada kemungkinan muncul stigma bahwa penamaan dipengaruhi oieh dirinya. Akhirnya. Rektor mengajukan usulan agar penamaan masjid kampus cukup dengan Masjid Kampus UGM. Ini didasari pada pengamatan bahwa di Timur Tengah, masjid biasanya tidak memiliki nama seperti di Indonesia, tetapi penamaan masjid merujuk pada lokasi tersebut.

Inilah masjid yang terdekat dari lokasi tempat penginapan dengan suasana dan warna yang berbeda karena lokasinya yang berada di area kampus Universitas Gadjahmada Yogyakarta sehingga membuat rasa penasaran dan menjadi objek GKM Subuhan memutar PDCA kelima. Pengalaman perdana ber GKM Subuhan di masjid Kampus UGM. Menggunakan 2 mobil terus bergegas menuju lokasi kampus UGM yang masih sepi, hening dan kegelapan. GKM Subuhan langsung menunaikan sholat subuh berjamaah dengan sujud tilawah karena di hari Jumat. Imam. Jumlah jamaah subuh masih perlu dikembangkan lagi. Untuk mengobati rasa kangen menu gudeg basah maka GKM Subuhan berlanjut menuju olah rasa kembali ke menu gudeg basah di dekat pertempatan stopan jalan Kaliurang. Sungguh menikmati indahnya Jumat yang penuh berkah.

Yang dirasa dan apa kata mereka. Sebagai sebuah proses tentu saja aktivitas GKM Subuhan di Yogyakarta memberikan kesan dan pesan tersendiri bagi anggota GKM Subuhan dengan memutar 5 siklus PDCA di 5 masjid yang memiliki marwah yang beraneka kondisi dan aktivitasnya. Secara umum ada satu kata kunci yaitu alhamdulillah puji syukur ke hadirat Allah atas nikmat sehat sehat dan nikmat kesempatan sehingga GKM Subuhan dapat memutar siklus PDCA di beberapa masjid.

Berikut ini testimoni beberapa anggota GKM Subuhan. Peserta GKM Subuhan meningkat dibanding tahun lalu. Penyediaan transportasi mempermudah dan meningkatkan semangat jama'ah Subuhan berjamaah. Masjid Jogokariyan masih tetap memegang rekor paling banyak jamaah sholat subuhnya

Ada juga kesan bahwa GKM Subuhan 2023 bisa digelar gasspoll selama 5 hari dan di 5 masjid yang berbeda lokasi, dengan tambahan GKM Kuliner ba’da Subuh-nya yang luar biasa dengan menu kuliner khas Yogyakarta yang "istimewa".

Ada ilmu, ibrah dan hikmah. Perjalanan dan perjuangan panjang GKM Subuhan kali ini menghasilkan ilmu, ibarah dan hikmah antara lain ikhtiar kita bersama untuk memakmurkan masjid apalagi bila masjidnya sudah berdiri megah dengan segala fasilitas pendukungnya, ikhtiar tiada henti untuk memberdayakan ekonomi produktif umat berbasis masjid untuk masyarakat di sekitarnya, pengembangan sarana dan prasarana masjid terutama papan nama masjid yang menjadi brand dan icon masjid yang bersangkutan mudah dijangkau dan dilihat jamaah, spirit sinergitas tingkatkan kualitas pelayanan kepada para pemangku kepentingan dan obsesi masjid best practice dan role model menjadi destinasi wisata religi.

Harapannya ke depan GKM Subuhan semakin berkembang di tempat lainnya dan memutar siklus PDCA berikutnya dengan lokasi masjid yang berbeda untuk menambah khasanah ilmu dan hikmah dengan spirit kebersamaan dan perbaikan berkelanjutan.

Anak ayam turun sepuluh, mati satu tinggal sembilan.

Mari ber GKM Subuhan secara utuh, saling berpadu dalam kebersamaan.