Ahad, 6 Agustus 2023
Pemateri: Ustadz Kemal Adityawarman, Lc
≈=====================
Orang yang paling berat perjuangannya adalah Rasulullah SAW, karena dalam berdakwah beliau ditekan dan dimusuhi bahkan oleh keluarga sendiri.
Melihat dakwah Rasulullah terus berkembang semetara intimidasi yang dilakukan musyrikin Quraisy tidak dapat menahan laju pergerakan Rasulullah. Para tokoh kafir Mekah sepakat untuk mengubah taktik, dengan menawarkan tawaran-tawaran, mereka menyetujui usulan Utbah bin Rabi’ah.
Utbah bin Rabi’ah merupakan pemuka Bani Abdus Syam. Dia adalah cucu dari Abd Syam, saudara Hasyim (buyut Rasulullah). Ia adalah pembesar kaumnya, dan yang sering dimintai petuah-petuahnya. Utbah dikenal sebagai pribadi yang bijaksana, cerdas, ramah, dan bisa bekerjasama dengan musuh. Oleh karenanya, ketika Utbah menawarkan diri untuk menjalankan strategi baru itu, maka para tokoh kafir Quraisy mengamininya.
Dibalik diutusnya Utbah, menunjukkan bahwa quraisy itu memegang prinsip senioritas.
Singkat cerita, Utbah bin Rabi’ah lalu menemui Rasulullah yang saat itu tengah berada di dalam kawasan Ka’bah. Ia mendekat dan duduk di samping Rasulullah. Pada kesempatan itu, Utbah langsung melancarkan strateginya yaitu memberikan beberapa iming-iming atau penawaran kepada Rasulullah. Sebagai imbalannya, Rasulullah harus menghentikan dakwahnya.
Orang quraisy ini tidak punya kerajaan dan pemerintahan yang sah, tetapi mereka biasanya diwakili perwakilannya berkumpul di sebuah majlis (Darun Nadwah) untuk memutuskan suatu urusan.
Ini ada hikmahnya tersendiri bahwa Islam berkembang dari Arab karena jauh dari intervensi negara. Beda halnya dengan Nasrani dicampuri oleh kekuasaan negara/pemerintahan.
Saya tawarkan beberapa pilihan kepada Muhammad kata Utbah bin Rabiah:
Wahai anak pamanku (wahai keponakanku), katanya lembut, “engkau adalah orang terhormat. Namun kini, engkau membawa soal besar sehingga masyarakat kita tercerai-berai. Sekarang dengarlah, kami menawarkan kepadamu beberapa hal, mungkin sebagiannya bisa engkau terima
▪︎Dalam hal ini oramg Quraisy mengakui kedudukan Rasulullah yang tinggi dan nasab mulia
▪︎Kelebihan Arab itu hafal nasab, untuk orang jahiliyah nasab itu untuk berbangga-bangga tetapi setelah islam nasab itu untuk menjalin silaturahim.
▪︎Dalam islam, ilmu lebih mulia dari nasab. Siapa yang amal perbuatannya buruk maka nasabnya itu tidak mengangkat kedudukannya. Faktanya Imam Al Ghazali, Abu Hanifah, Imam bin Hambal, tidak tersambung nasab dengan nabi, dibandingkan dengan abu lahab atau abu jahal, tapi mereka lebih mulia.
Ada empat penawaran yang diberikan Utbah kepada Rasulullah.
▪︎ Pertama, harta. Jika Rasulullah menginginkan harta, maka Utbah dan para tokoh Makkah akan memberikan semua hartanya sehingga beliau menjadi orang terkaya di Makkah.
▪︎Kedua, kemuliaan. Para pembesar Makkah juga siap menjadikan Rasulullah sebagai orang yang paling mulia diantara mereka, jika beliau menghendakinya.
▪︎Ketiga, kerajaan. Jika yang diminta Rasulullah adalah kerajaan, maka mereka siap menjadikannya sebagai raja mereka.
▪︎Keempat, obat paling mujarab. Mereka juga siap menyiapkan obat dan tabib yang paling ‘tokcer’ manakala Rasulullah tertimpa penyakit yang tidak bisa diobati sendiri.
Rasulullah mendengarkannya secara seksama. Setelah menyampaikan beberapa iming-imingan tersebut, Utbah bin Rabi’ah terdiam. Rasulullah bergeming dengan semua iming-iming yang ditawarkan Utbah tersebut. Beliau tidak menginginkan dan tidak tertarik sama sekali dengan semua tawaran yang diiming-imingkan Utbah. Rasulullah lantas bertanya kepada Utbah.
“Apakah engkau sudah selesai bicara wahai Abul Walid?” tanya Rasulullah, sebagaimana dikutip dari buku Sirah Nabawiyah (Syaikh Shafiyyurrahman Al-Mubarakfuri, 2012).
Beliau sengaja memanggil Utbah dengan Abul Walid karena itu adalah sapaan penghormatan. Utbah mengangguk dan menjawab “Iya, sudah selesai.”
Kemudian Rasulullah membacakan Al Quran surat Fussilat.
“Apakah engkau telah dengar, wahai Abul Walid?”
“Iya, sudah,” kata Utbah.
“Jika demikian, silahkan engkau bebas memilih,” kata Rasulullah.
Setelah itu, Utbah bin Rabi’ah langsung menemui pemuka kaum musyrik Makkah. Di hadapan para pembesar musyrik Makkah, Utbah mengaku takjub dengan kata-kata yang disampaikan Rasulullah. Ia tahu jika itu bukan syair, bukan sihir, dan bukan perdukunan. Ia kemudian meminta para elit musyrik Makkah meninggalkan Rasulullah, tidak mengganggunya lagi.
“Demi Allah, engkau telah disihir dengan kalimat-kalimatnya,” kata para pemuka musyrik Makkah itu kepada Utbah.
▪︎Mujizat al Quran itu salah satunya nilai sastranya, selain juga sesuai perkembangan ilmiah.
▪︎Dari segi sastra, ilmu bahasa Arab, terjemahan saja tidak bisa menangkap hebatnya sastra Al Qur'an. Orang arab jahiliyah terkagum-kagum dengan sastranya Al Quran.
▪︎Tidak cukup hanya menghafal, tetapi juga perlu ilmu bahasanya. Sudah hafal bukan berarti sudah bisa menafsirkan Al quran.
▪︎Utbah bergetar ketika dibacakan Al-Quran QS fussilat karena dia native, mengerti maknanya.
Demi Allah kata Utbah kepada kaumnya, dia bilang bahwa apa yang diucapkan muhammad itu bukan syair, sihir maupun perdukunan.
▪︎Utbah adalah contoh salah seorang yang bergetar ketika mendengar Al Quran, kisah lain nya seperti yang juga dialami Al Mughirah dan tokoh lainnya.
▪︎Utbah tidak berhasil, lalu diutus lagi Walid bin Mughirah dan Ash bin Wail. Tokoh muda dari Quraisy.
Nabi ditawari jika mau menikah dengan wanita paling cantik di Quraisy. Nabi menolak, ini membatalkan tuduhan orang orientalis tentang kehidupan nabi.
Walid bin Mughirah dan Ash bin Wail, yang menegosiasi ibadah selang seling, 1 hari kepada Allah dan dihari lain kepada tuhan berhala. Maka turun surat Al Kafirun.
Abu Thalib yang paling sayang kepada nabi juga ditekan untuk melobi nabi agar menghentikan dakwahnya. Namun nabi menjawabnya bahkan jika matahari dan bulan ditangan nyapun, beliau tidak akan menghentikan dakwahnya.
▪︎Dari kisah dan kasus ini, menunjukkan hakikat dakwah nabi : bukan motif politik untuk menjadi raja, bukan untuk menjadi kaya dan kesenangan pribadi.
Menjawab tuduhan yang menyatakan bahwa beliau orang yang ingin menyatukan bangsanya, dan menjadi pemimpin negaranya, sehingga menuduh agama sebagai alat saja.
▪︎Dakwah itu punya tujuan dan cara. Tidak boleh menggunakan cara-cara yang dilarang. Tujuan mulia harus dengan cara menempuh jalan yang Allah ridhoi.
Pelajaran buat kita, tujuan harus diraih dengan cara yang Allah ridhoi