Tantangan wajah umat Islam saat ini dan peluang kebangkitan



Penulis : Suradi, SE, MM-DKM Baitul Hikmah BSD

Generasi Islam saat ini. Jumlah umat Islam saat ini di Indonesia secara kuantitas masih mayoritas. Namun dalam perjalanannya wajah umat Islam menghadapi berbagai tantangan baik dari sisi internal umat Islam itu sendiri maupun dari sisi eksternal terutama derasnya arus informasi di era digital saat ini. Beberapa hal yang menjadi potret atau wajah umat Islam setidaknya ada 5 kondisi yang ada pada saat ini. Berdasarkan data MUI 2010-2022 yang pertama, adalah hilangnya pendidikan adab, kedua adalah ilmu agama Islam tidak penting, ketiga adalah Jauh dari masjid (masjid hanya untuk sholat saja), keempat adalah jauh dari ulama sehingga guru agama tidak penting dan yang kelima adalah media terkait dengan ketergantungan media yang cenderung dikuasi oleh dunia barat baik dari sisi teknologi informasinya maupun pembentukan opini publik bahkan opini dunia.

Saat ini banyak orang yang berilmu namun tidak banyak orang yang memiliki adab. Akibatnya banyak anggapan bahkan realita di lapangan ketika mengundang guru ngaji memberikan atensi seikhlasnya sementara membayar guru bimbingan belajar ilmu matematika dan sejenisnya dengan bayaran yang tidak sebanding. Kenyataan lainnya bahkan tak terasa menjadi tren pasangan muda saat ini adalah urusan pembinaan, pengajaran dan pengasuhan anak diserahkan sepenuhnya ke pihak guru sekolah. Sehingga kita perlu mempelajari adab sebelum mempelajari suatu ilmu (Imam Malik ibn Hambal). Contoh Rasulullah dalam menjalankan dakwah menggunakan adab antara lain ketika Rasulullah menyuapi makanan kepada seorang Yahudi yang buta maka Rasulullah berkata dengan menebarkan salam, penuh senyuman dan ketulusan dengan rasa empati tanpa melihat agama dan bangsanya.

Data dan fakta bicara. Data MUI Pusat terhadap hasil survey mahasiswa tahun ajaran 2015-2020 menyebutkan 77% membaca Al Quran, 67% menjalankan syariat Islam dan 36% menjalani Islamopobhia. Dengan data tersebut terinspirasi dan termotivasi kita untuk mensolusikannya. Marilah kita menjadi umat Rasulullah yang tidak egois (hanya memikirkan dirinya sendiri, masuk syurga hanya sendirian). Usahakan jangan sholat fardhu berjamaah di masjid berangkat sendirian, namun ajaklah orang lain minimal satu orang (buatlah program 1 orang ajak 1 orang ke masjid).

Dakwah, ilmu dan adab. Ada 2 kewajiban yang menjadi highlight dalam mensolusi tantangan umat Islam saat ini. Pertama, berdakwah. Dengan dakwah kita bisa memperkenalkan Islam seutuhnya bahwa Islam itu indah, Islam itu selamat dan Islam itu damai dan seterusnya. Kedzaliman bisa terjadi ketika orang-orang baik terdiam atau tanpa bergerak. Dakwah itu bukan profesi tetapi profesi yang kita miliki mari digunakan untuk berdakwah. Kedua, tuntutlah ilmu dan ajarkan adab. Boleh saja kita menuntut ilmu sebanyak-banyaknya dan setinggi-tingginya, namun perlu diikuti kesadaran kita untuk memberdayakan diri dengan adab sehingga kita mencari kebenaran bukan mencari pembenaran.

Pesan moral. Beberapa pesan moral sebagai buah pengalaman dan perjalanan spiritual hijrah adalah pentingnya membentuk tim yang membantu dan pendampingan pasien yang beragama Islam yang dirawat di rumah sakit non Islam terutama pada saat menjalani saat-saat sakaratul maut. Bentuk mualaf center masjid sebagai tempat pembinaan dan pemberian bantuan baik kebutuhan materi maupun pendalaman ajaran Islam seperti Manajemen Ruqyah Indonesia. Membuat program bantuan mualaf tidak mampu untuk pemberdayaan ekonomi produktif dan doakan mereka serta mintakan doa mereka untuk kita. Semoga Allah senantiasa mudahkan dan berkahi segala urusan kita di jalan kebaikan karena Allah. Aamiin. Bersatu dalam aqidah, berjamaah dalam ibadah dan bertoleransi dalam khilafiyah.

(Disarikan dari acara Tabligh Akbar Ahad Subuh-TABS di masjid Baitul Hikmah BSD pada 29 Januari 2023 bersama Ustadz Dewa Putu Adhi).